Wednesday, November 28, 2012

Jaka Budug & Putri Kemuning


Alkisah, Pada zaman dahulu, ketika naga masih belum punah, Tersebutlah sebuah negeri bernama Ringin Anom, yang sekarang terletak adalah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Negeri Ringin Anom adalah negeri yang makmur berkat Prabu Aryo seto yang memerintah dengan adil dan bijaksana. Prabu Aryo Seto memiliki seorang putri yang bernama Putri Kemuning. Tubuh Sang Putri sangat harum bagaikan Bunga Kemuning.

Suatu hari, Putri Kemuning terserang penyakit aneh. Tubuhnya yang semula berbau harum, mengeluarkan bau yang tidak enak. Melihat kondisi putrinya itu, Sang Prabu menjadi sedih. Berbagai upaya telah dilakukan oleh baginda, semua tabib di negeri Ringin Anom telah berupaya keras, namun penyakit sang putri belum juga sembuh. 

Prabu Aryo Seto semakin resah. Ia sering merenung seorang diri memikirkan nasib malang yang menimpa putrinya. Ia khawatir penyakit putrinya akan menulari penduduk Negeri Ringin Anom. Suatu ketika, tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk melakukan semedi dan meminta petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar penyakit langka yang menimpa putrinya dapat disembuhkan.

Pada malam harinya, Sang Prabu dengan tekad kuat dan hati yang suci melakukan semedi di dalam sebuah ruang khusus di dalam istana. Pada saat baginda larut dalam semedi, tiba-tiba terdengar suara bisikan yang sangat jelas di telinganya.

"Dengarlah anakku! Hanya daun Sirna Ganda dari dalam gua di kaki Gunung Arga Dumadi yang dapat menyembuhkan Putrimu." demikian pesan yang disampaikan oleh suara gaib itu.

Keesokan harinya, Prabu Aryo Seto mengumumkan diadakannya sayembara yang boleh diikuti oleh rakyat Ringin Anom.
"Rakyat Ringin Anom! Kalian tentu sudah mengetahui perihal penyakit putriku. Setelah memohon kepada Yang Maha Kuasa, aku mendapatkan petunjuk bahwa putriku dapat disembuhkan dengan daun sirna ganda yang tumbuh di gua di kaki Gunung Arga Dumadi. Barang siapa yang dapat mempersembahkan daun itu untuk putriku, jika ia laki-laki akan kunikahkan dengan putriku. Namun, jika ia perempuan, ia akan kuangkat menjadi anakku."

Negeri Ringin Anom menjadi gempar. Berita tentang sayembara itu pun tersebar hingga ke seluruh pelosok negeri. Semua tahu bahwa gua itu dijaga oleh seekor naga yang sakti dan sangat ganas. Bahkan, sudah banyak warga yang menjadi korban keganasan naga itu. Tidak sedikit yang merasa ngeri untuk mengikuti sayembara tersebut. Namun banyak pula yang memberanikan diri untuk mengikuti sayembara tersebut karena tergiur oleh hadiah yang dijanjikan oleh Sang Prabu. Setiap orang pasti akan senang jika menjadi menantu atau pun anak angkat raja. 

Prabu Aryo Seto mensyaratkan bahwa siapapun yang ingin mengikuti sayembara harus mampu membuktikan bahwa ia memiliki ilmu kesaktian yang memadai. Ia tidak ingin rakyatnya mati konyol hanya karena tergiur hadiah yang dijanjikan. 

Jaka Budug adalah seorang pemuda miskin yang tinggal bersama ibunya di sebuah desa terpencil di dalam wilayah Kerajaan Ringin Anom. Ia sangat ingin mengikuti sayembara tersebut, Ia tidak tergiur hadiahnya, tetapi semata karena ingin menolong Putri Kemuning. Jaka Budug adalah panggilan untuknya karena mempunyai penyakit langka, yaitu seluruh tubuhnya dipenuhi oleh penyakit budug. Penyakit sudah dideritanya sejak masih kecil. Meski demikian, Jaka Budug adalah seorang pemuda yang sakti. Ia sangat mahir dan gesit memainkan keris pusaka yang diwarisi dari almarhum ayahnya. Dengan kesaktiannya itu, ia ingin sekali menolong sang Putri. Namun, ia merasa malu dengan keadaan dirinya.

Sementara itu, satu demi satu peserta sayembara menuju kaki Gunung Arga Dumadi. Sejak hari pertama hingga hari keenam sayembara itu dilangsungkan, belum satu pun peserta yang mampu mengalahkan naga sakti itu. Jaka Budug pun semakin gelisah mendengar  kabar itu.

Pada hari ketujuh, Jaka Budug dengan tekad yang kuat memberanikan diri datang menghadap kepada Sang Prabu. Di hadapan Prabu Aryo Seto, ia memohon izin untuk ikut dalam sayembara itu. "Ampun, Baginda! Izinkan hamba untuk mengikuti sayembara ini untuk meringankan beban Sang Putri." kata Jaka Budug.


Prabu Aryo Seto tidak langsung menjawab. Ia terdiam sejenak sambil memperhatikan Jaka Budug yang tubuhnya dipenuhi bintik-bintik merah. "Siapa kamu, anak muda? Dengan apa kamu bisa mengalahkan naga sakti itu?" tanya Sang Prabu. "Hamba Jaka Budug, Baginda.” jawab Jaka Budug seraya memperlihatkan keris pusakanya kepada Sang Prabu.

Sebenarnya, Prabu Aryo Seto ragu-ragu dengan kemampuan Jaka Budug. Namun, sejak pagi tak seorangpun yang mengajukan diri menjadi peserta sayembara. Akhirnya Sang Prabu dengan berat hati menyetujuinya. “Baiklah, Jaka Budug! Karena tekadmu yang kuat, maka keinginanmu kuterima. Semoga kamu berhasil!” ucap Sang Prabu.

Jaka Budug pun berangkat ke Gunung Arga Dumadi dengan tekad membara. Ia harus mengalahkan naga itu dan membawa pulang daun sirna ganda. Akhirnya, sampailah ia di kaki gunung Arga Dumadi. Dari kejauhan, ia melihat semburan-semburan api yang keluar dari mulut naga sakti penghuni gua. Ia sudah tidak sabar ingin membinasakan naga itu.

Jaka Budug melangkah perlahan mendekati gua. Ia berusaha agar Sang naga tidak mengetahui kedatangannya. Padahal naga itu sangat sadar kalau Jaka Budug datang mendekat. Jaka Budug mendekat dengan sangat hati-hati. Begitu ia mendekat, tiba-tiba naga itu menyerangnya dengan semburan api. Jaka Budug pun segera melompat mundur untuk menghindari serangan itu. Naga itu terus bertubi-tubi menyerang sehingga Jaka Budug terlihat sedikit kewalahan. Lama-kelamaan, kesabaran Jaka Budug pun habis. Ketika naga itu lengah, Jaka Budug segera menghujamkan kerisnya ke perut naga itu. Darah segar pun memancar dari tubuh naga itu dan mengenai tangan Jaka Budug. Sungguh ajaib, tangan Jaka Budug yang terkena darah sang naga itu seketika menjadi halus dan bersih dari penyakit budug. 

Melihat keajaiban itu, Jaka Budug semakin bersemangat ingin membinasakan naga itu. Dengan gesitnya, ia kembali menusukkan kerisnya ke leher naga itu hingga darah memancar dengan derasnya. Naga sakti itu pun tewas seketika. Jaka Budug segera mengambil darah naga itu lalu mengusapkan ke seluruh badannya yang terkena penyakit budug. Seketika itu pula seluruh badannya menjadi bersih dan halus. Tak sedikit pun bintik-bintik merah yang tersisa. Kini, Jaka Budug berubah menjadi pemuda yang sangat tampan.

Setelah memetik beberapa lembar daun sirna ganda di dalam gua, Jaka Budug segera pulang ke istana dengan perasaan gembira. Setibanya di istana, Prabu Aryo Seto tercengang ketika melihat Jaka Budug yang kini kulitnya menjadi bersih dan wajahnya berseri-seri. Sang Prabu hampir tidak percaya jika pemuda dihadapannya itu Jaka Budug. Namun, setelah Jaka Budug menceritakan semua peristiwa yang dialaminya di kaki Gunung Arga Dumadi, barulah Sang Prabu percaya dan terkagum-kagum.

Jaka Budug kemudian mempersembahkan daun sirna ganda yang diperolehnya kepada Sang Prabu. Sungguh ajaib, Putri Kemuning kembali sehat setelah memakan daun sirna ganda itu. Kini, tubuh Sang Putri kembali berbau harum bagaikan bunga kemuning.

Prabu Aryo Seto pun menetapkan Jaka Budug sebagai pemenang sayembara tersebut. Sesuai dengan janjinya, Sang Prabu segera menikahkan Jaka Budug dengan putrinya, Putri Kemuning. Selang berapa lama setelah mereka menikah, Prabu Aryo Seto meninggal dunia. Setelah itu, Jaka Budug pun dinobatkan menjadi pewaris tahta Kerajaan Ringin Anom. Jaka Budug dan Putri Kemuning pun hidup berbahagia.

Asal cerita : Kabupaten Ngawi, Jawa Timur

No comments: