Tuesday, October 28, 2025

Ketika Batik Menjadi Bahasa Cinta untuk Hutan Mangrove

Di sebuah kampung pesisir, tumbuhlah pohon kecil bernama Si Bakau. Awalnya ia sering diejek pohon-pohon lain karena hidupnya di lumpur, akar-akarnya aneh, dan daunnya tak seindah cemara di tepi pantai. Tapi suatu hari, badai besar datang. Ombak tinggi menggulung, angin merobohkan pepohonan lain.

Dongeng Hutan Bakau


Hanya hutan bakau yang tetap berdiri kokoh — akar-akar Si Bakau menahan tanah agar tidak hanyut, melindungi rumah-rumah nelayan. Sejak hari itu, semua makhluk di pantai tahu: walau tampak kotor dan sederhana, Si Bakau adalah pahlawan sejati penjaga pantai.

Dari informasi yang saya dapat, dongeng ini sering digunakan dalam program edukasi lingkungan untuk anak, seperti kegiatan sekolah adiwiyata dan kampanye “Cinta Mangrove” di pesisir Jawa dan Sumatera. Nah, sekarang mari kita bahas sosok “pahlawan bakau” bernama Qorry Oktaviani.

Qorry Oktaviani adalah sosok perempuan inspiratif asal Jambi yang berhasil menggabungkan pelestarian lingkungan dengan seni dan budaya melalui sebuah inovasi bernama "Konservasi Mangrove dalam Selembar Batik." Lahir pada 3 Oktober 1994, Qorry memiliki latar belakang pendidikan Biologi dari Universitas Andalas dan mulai mendalami pentingnya ekosistem bakau sejak kuliah lapangan. Setelah lulus, ia bergiat langsung di lapangan sebagai fasilitator di organisasi non-pemerintah KKI WARSI, yang membawanya pada pengalaman langsung bersama masyarakat pesisir yang bergantung pada hutan bakau.

Mangrove (bakau) seringkali diabaikan dan bahkan dipandang sebelah mata oleh masyarakat setempat, yang memanfaatkannya hanya untuk kayu bakar, bahan bangunan, atau bahkan mengubahnya menjadi tambak yang merusak lingkungan. Qorry bertekad mengubah paradigma tersebut dengan mendampingi masyarakat agar lebih bijak dalam memanfaatkan sumber daya alam mereka, khususnya mangrove.

Qorry Oktaviani
Sumber foto: akun Instagram @orangmudabersuara

Salah satu inisiatif awal yang dijalankan Qorry adalah membantu masyarakat mengolah hasil laut seperti udang menjadi produk olahan seperti kerupuk yang mampu meningkatkan perekonomian lokal. Kesuksesan ini membuka jalan bagi inovasi berikutnya yang lebih erat dengan budaya lokal dan konservasi, yakni pembuatan batik dengan pewarna alami yang berasal dari mangrove. Batik ini bukan hanya sekadar karya seni, tetapi juga media edukasi dan sarana ekonomi yang mengangkat nilai-nilai konservasi.

Proses pembuatan batik mangrove yang dikembangkan oleh Qorry melibatkan penggunaan bahan alami yang diperoleh dari hutan bakau, seperti kulit kayu bakau, buah pidada, serta jenis Mangrove rhizophora dan sonneratia. Bahan-bahan ini direbus selama beberapa jam hingga menghasilkan air rebusan berwarna pekat yang kemudian disaring dan digunakan sebagai pewarna alami. Pewarna ini menghasilkan berbagai warna lembut alami, seperti cokelat, abu-abu, hijau lembut, dan merah kecokelatan.

Setelah kain mori dipersiapkan, proses membatik dilakukan secara tradisional dengan teknik batik tulis maupun batik cap. Kain dicelup berulang kali (5-8 kali) dalam pewarna alami agar warna lebih kuat dan tahan lama. Setelah proses pencelupan, kain melalui fiksasi warna dengan larutan seperti air kapur untuk mengunci warna dan menghindari cepat pudar. Akhirnya, malam dibersihkan dengan perebusan dan kain dijemur hingga kering.

Langkah konservasi mangrove yang diintegrasikan dengan produksi batik ini mencakup pemanfaatan limbah bakau sebagai bahan pewarna, serta pelibatan aktif masyarakat pesisir dalam pelatihan pembuatan batik dan konservasi mangrove. Dengan membentuk kelompok perempuan pengrajin batik, Qorry tidak hanya mendorong pemberdayaan ekonomi melalui produksi batik bernilai seni tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga bakau sebagai sistem penyangga hidup masyarakat pesisir.

Motif-motif batik yang diciptakan tidak sekadar estetika, melainkan sarat pesan dan kisah tentang ekosistem mangrove. Produk batik bakau ini menjadi identitas budaya baru di daerah Pangkal Babu, Tanjung Jabung Barat, sekaligus penopang ekowisata yang menarik wisatawan datang dan turut menyebarkan pesan konservasi. Batik mangrove kini menjadi produk unggulan untuk suvenir khas daerah dan mensolusikan masalah ekonomi masyarakat pesisir yang sebelumnya bekerja sebagai buruh kasar tanpa keahlian khusus.

Upaya ini telah memberikan dampak signifikan, membuka peluang ekonomi baru bagi ibu-ibu pembatik di desa dan memberikan alternatif penghidupan yang ramah lingkungan. Batik mangrove tidak hanya bernilai seni dan komersial, tetapi juga membawa perubahan sosial dan ekologi yang berkelanjutan.

Penghargaan atas dedikasi Qorry dalam bidang ini datang pada tahun 2023, ketika ia dianugerahi SATU Indonesia Awards dari Astra, sebuah apresiasi yang mengakui kontribusinya dalam memberdayakan masyarakat sekaligus melestarikan lingkungan. Penghargaan ini menegaskan pentingnya inovasi yang menggabungkan konservasi dengan pemberdayaan ekonomi berbasis kearifan lokal.

Batik Mangrove
Sumber foto: akun IG @orangmudabersuara.

Dengan segala upaya tersebut, karya Qorry Oktaviani telah mengubah cara pandang masyarakat terhadap bakau dari sekadar sumber daya alam menjadi aset budaya dan ekonomi yang berharga. Melalui batik mangrove, ia membuktikan bahwa pelestarian lingkungan bisa berjalan beriringan dengan pengembangan seni kreatif dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Inilah kisah inspiratif tentang bagaimana sebuah lembar kain batik tak hanya menjadi simbol budaya, tetapi juga lambang perjuangan konservasi yang menghidupkan masa depan pesisir dan hutan bakau yang lestari. Konservasi mangrove dalam selembar batik adalah warisan yang tidak sekadar terjaga keindahannya, tetapi juga memperkuat keberlanjutan lingkungan dan kehidupan masyarakat pesisir di Jambi.

 

Catatan kaki:

[1] Qorry https://wespeakup.org/en/qorry/

[2] Batik Mangrove, Qorry's Journey in Conservation & Heritage https://www.uwanurwan.com/2024/10/Batik-mang.html

[3] Sosok Qorry Oktaviani, Wanita Inspiratif dari Jambi yang Lestarikan Batik https://olret.viva.co.id/news/17812-sosok-qorry-oktaviani-wanita-inspiratif-dari-jambi-yang-lestarikan-batik?page=all

[4] PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR MELALUI PENCIPTAAN BATIK MANGROVE - JDIH https://jdih.unnes.ac.id/web/download/9e2f6798-8fb5-4058-a70a-45ef6bfd393c

No comments: