Monday, October 02, 2023

Belajar dari Lembah Hijau Rumbia

Di akhir pelajaran, kembali ibu guru berkata, “Anak-anakku, hidup kita harus mencontoh sifat angin, dia memberikan kesejukan dan manfaat yang besar. Kehadiran kita boleh tidak terlihat, tetapi manfaat kita harus bisa dirasakan oleh orang lain. Kita bisa memberikan memberikan manfaat dengan berbagai cara, seperti memberikan sumbangan untuk pembangunan sekolah atau masjid. Pemberian sumbangan yang tanpa pamrih, tanpa mengharapkan pujian. Kita tidak perlu banyak berbicara, tetapi harus bisa bertindak yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Berbuatlah kebaikan tanpa orang lain tahu, layaknya udara atau angin.

Paragraf di atas merupakan bagian dari cerita berjudul ANGIN yang ada di dalam buku Cerita Anak Indonesia, Si Bolang dan Sang Alam karya Rinda Istikomah yang diterbitkan tahun 2018 oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku ini dibuat dalam rangka menumbuhkan budaya literasi melalui program Gerakan Literasi Nasional dengan harapan, bisa menambah keimanan dan ketakwaan anak yang membaca kepada Tuhan Sang Pencipta alam.

Cover buku Si Bolang dan Sang Alam

 

Belajar di Alam

 

Belajar di alam merupakan hal mahal bagi anak usia sekolah yang tinggal di kota besar. Buka buku, menyatu dengan alam sembari mendengarkan guru menjelaskan. Pasti sangat menyenangkan bila bisa belajar dengan cara seperti ini. Terlebih udara yang dihirup merupakan udara segar pedesaan.

Salah satu sekolah yang melakukan proses pembelajaran dengan cara ini adalah SMPN 2 Rumbia yang terletak di Desa Tompobulu, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Sekolah ini terpilih menjadi sekolah penggerak dan aktif melakukan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Usai pandemi, salah satu tempat yang digunakan belajar adalah Lembah Hijau Rumbia (LHR).

Bapak Dr. Suhaedir Bachtiar, M.Pd, Kepala UPT SMP Negeri 2 Rumbia sangat concern akan hal ini dan giat melakukan inovasi untuk memajukan pendidikan masyarakat sekitar. Dr. Suhaedir Bachtiar menerima penghargaan Top 30 KIPP (Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik) tingkat Sulawesi Selatan pada tanggal 3 September 2023 di Makassar melalui inovasi SMS (Sapa Masyarakat Sekitar) untuk Menekan Angka Putus Sekolah.

UPT SMPN 2 Rumbia, yang hanya berjarak kurang lebih 65 meter dari Lembah Hijau Rumbia membuat inovasi program Kemitraan Objek Wisata Sekitar Sekolah (KETOK WASILAH). UPT SMPN 2 Rumbia membuat MoU kemitraan dengan pihak LHR pada tahun 2022.


SMPN 2 Rumbia
Outdoor learning siswa UPT SMP Negeri 2 Rumbia di
Objek Wisata Lembah Hijau Rumbia. Sumber foto:
akun Instagram @smpnegeri2rumbia_official.

Dalam rangka mendukung pembelajaran berdiferensiasi melalui program kerja sama KETOK WASILAH, para guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di luar ruangan di Lembah Hijau Rumbia (LHR). Setiap guru mata pelajaran melaksanakan kegiatan pembelajaran di luar ruangan sekali sebulan.

Dalam konteks ini, guru olahraga mengajar siswa dalam keterampilan berenang, guru IPA mendekatkan murid pada objek yang akan diamati, dan guru Bahasa Indonesia, dengan materi teks prosedur, membimbing murid dalam membuat kalimat mengenai tata cara hidup sehat dan bahagia sambil melibatkan kegiatan rekreasi di alam terbuka. Sungguh sebuah sinergi dengan alam dan LHR yang positif bagi proses belajar-mengajar.

 

Lembah Hijau Rumbia

 

Ridwan Nojeng, seorang pria kelahiran tahun 1984 telah menjadi pendorong utama dalam pergerakan sosial ekonomi di Desa Tompobulu, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Hal ini dimulai dengan mengubah metode pertanian warga desa dari pola tradisional pada tahun 2010 menjadi pola pertanian modern dengan menggunakan pupuk organik.

Saat itu, tidaklah mudah untuk mengubah pola pikir generasi sebelum Ridwan. Oleh karena itu, ia memulai dengan generasi muda, termasuk dirinya sendiri dan lima sepupunya. Mereka selalu berkumpul, mempelajari tanaman, dan melakukan penelitian tentang pupuk organik.

Ridwan mengunjungi rumah-rumah lalu memberikan edukasi kepada para pemuda, serta memberikan pupuk organik secara gratis. Para pemuda kemudian secara rahasia menggunakan pupuk organik tersebut pada tanaman-tanaman di lahan orang tua mereka. Akhirnya, para orang tua melihat perbedaan kualitas tanaman yang diberi pupuk organik dibandingkan yang tidak. Akhirnya, mereka meminta agar semua tanaman hanya diberi pupuk organik.

Generasi sebelum mereka awalnya skeptis apakah pertanian di Tompobulu bisa sebaik di Jawa. Biasa orang daerah demikian, merasa minder duluan, merasa potensinya tak bisa dimaksimalkan padahal belum mencobanya kendati sesungguhnya memiliki potensi besar.

Ridwan Nojeng
Ridwan Nojeng saat Wisata Jelajah Rumbia. Sumber foto:
akun Instagram @lembah_hijau_rumbia_resort.


Ridwan sebenarnya tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi sebelumnya. Dirinya memperoleh informasi dari buku-buku yang dibelinya di Kota Makassar yang berjarak ratusan kilometer dari desanya. Saat itu, akses internet masih sangat terbatas. Namun, Ridwan yakin bahwa sumber daya alam di kampungnya yang notabene merupakan wilayah tersubur di Kabupaten Jeneponto, tidak kalah dengan Bogor.

Setelah tiga tahun berlalu, yaitu pada tahun 2013, Ridwan mulai memproduksi pupuk organik secara massal. Permintaan dari luar kabupaten bahkan meningkat hingga 200 ton. Meskipun begitu, ia tetap membagikan pupuk secara gratis kepada warga desanya.

Sistem pertanian di Desa Tompobulu pun berkembang menjadi lebih modern. Masyarakat mulai menerapkan mulsa, mengoptimalkan penggunaan lahan, dan menerapkan pola pertanian yang meminimalkan penggunaan tenaga manusia.

Pendidikan pertanian juga dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya terbatas pada penggunaan pupuk organik. Kondisi ekonomi masyarakat pun mulai meningkat. Menariknya, Desa Tompobulu yang terletak di ketinggian 1000 mdpl mampu menyuplai kebutuhan sayuran ke luar daerah, termasuk Kota Makassar dan bahkan hingga ke Kalimantan.

Ternyata, konsep desa wisata sudah menjadi impian Ridwan sejak awal. Sejak ide edukasi tentang pupuk pada tahun 2010, visi solid desa wisata sudah menjadi tujuannya. Menurut Ridwan, perbaikan ekonomi desa dapat tercapai secara lebih merata melalui desa wisata.

Ketika konsep sistem pertanian baru telah berhasil diimplementasikan, pengembangan desa wisata semakin mantap. Kawasan wisata Lembah Hijau Rumbia diluncurkan pada tahun 2011. Menurut Ridwan, satu-satunya gerakan yang dapat mengangkat ekonomi secara menyeluruh adalah melalui pariwisata.

Di kawasan Lembah Hijau Rumbia, ketika Ridwan Nojeng meraih penghargaan SATU Indonesia pada tahun 2016 untuk kategori Lingkungan, puluhan toko milik masyarakat sudah berdiri. Para pemuda terlibat aktif dalam usaha ini. Mereka menjual souvenir seperti boneka berpakaian adat Makassar, penganan tradisional, membangun vila dan homestay, dan berbagai usaha lainnya. Saatnya masyarakat Rumbia mencapai kemandirian ekonomi.

Saat ini perkembangan LHR sebagai daerah wisata cukup pesat. Dari akun Instagram @ lembah_hijau_rumbia_resort bisa dilihat bagaimana animo  masyarakat berekreasi di sana. Para pejabat daerah dan nasional pun sudah mengenali dan mengunjungi tempat ini. Semoga menjadi inspirasi wilayah-wilayah lain untuk meniru LHR.

 

 

Referensi:

  • https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/.
  • SATU Indonesia Awards, Inspirasi Para Penerang Negeri, ebook cetakan pertama Maret 2022, diterbitkan oleh PT. Matair Rumah Kreatif bekerja sama dengan Astra SATU Indonesia Awards, https://online.fliphtml5.com/lsnfk/vpoe/#p=246.
  • 13th SATU Indonesia Awards, https://online.fliphtml5.com/lsnfk/mnlc/#p=1
  • https://anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com/tentang-lomba.
  • https://www.youtube.com/watch?v=-r1XqzKNvFY&list=PL3wc9zmFUiRaDqp4_6oUdiJfWdx6eWbTB&index=6.
  • http://direktoripariwisata.id/unit/5874.
  • https://www.celebes.co/tempat-wisata-jeneponto.
  • https://www.carajalani.com/2022/12/lembah-hijau-rumbia-bangkit-melawan-pandemi.html
  • https://makassar.terkini.id/dua-inovasi-kabupaten-jeneponto-raih-penghargaan-top-30-kipp-tingkat-provinsi-sulsel/

No comments: